Minggu, 30 Oktober 2011

Revitalisasi Tasawuf untuk Perdamaian Dunia

Oleh: Prof. DR. Nur Syam
Beberapa waktu lalu, saya dilibatkan untuk menjadi narasumber di dalam diskusi nasional tentang Tasawuf yang dilaksanakan oleh PBNU dalam kerangka Harlah NU ke 89.
Ada tiga lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan diskusi nasional, yaitu Bandung, Semarang dan Surabaya. Acara di Semarang (19 Juni 2011) mengusung tema “Deradikalisasi Menurut Islam Ahl’ Sunnah waljamaah: Perspektif NU”, kemudian di Bandung (26 Juni 2011) dengan tema “Kembali ke Pesantren, Kembali ke Cita-cita Luhur Bangsa”, dan kemudian di Surabaya (02 Juli 2011) dengan mengusung tema: “Revitalisasi Sufi untuk Perdamaian Dunia”. Acara ini diselenggarakan di Hotel Prime Royal, Surabaya.

Acara ini dihadiri oleh para mursyid tarekat dan juga aktivis dan pengurus NU se-Jawa Timur. Sebagai nara sumber selain saya adalah KH. Dr. Mustafa Mas’ud, KH. Dr. M. Luqman Hakim, yang keduanya  adalah pengasuh pesantren dan guru tarekat Sufi.
Sebagai nara sumber, maka saya jelaskan beberapa hal yang terkait dengan revitalisasi tasawuf di dalam menggerakkan perdamaian dunia. Saya kemukakan beberapa pertanyaan terkait dengan peran tarekat di dalam membangun peradaban dunia yang dimaksud.
Pertama, apakah tasawuf memiliki peran di dalam membangun perdamaian dunia?  Terhadap pertanyaan ini, maka bisa dijawab melalui tiga kenyataan empiris bahwa secara teologis dan ideologis bahwa tidak ada ajaran tarekat atau tasawuf yang tidak mengembangkan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin. Prinsip ketauhidan di dalam ajaran tarekat adalah membangun prinsip ketauhidan dengan menekankan pada prinsip dzikir “tidak ada Tuhan Selain Allah”, Lailaha Illallah, baik dalam konteks dzikir nafi itsbat maupum dzikir lainnya. Melalui prinsip teologis dan ideologis yang berada di dalam konteks wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin tersebut, maka kita berkeyakinan bahwa tasawuf akan bisa dijadikan sebagai instrumen bagi perdamaian dunia. Prinsip doktriner bahwa Islam adalah agama rahmat tentu akan mengajarkan tentang keselamatan, keharmonisan dan kerukunan. Melalui prinsip Islam rahmatan lil alamin yang diterjemahkan sebagai pengembangan prinsip kerukunan, keharmonisan dan keselamatan maka dapat dipastikan bahwa ajaran tasawuf akan dapat menjadi pilar penting bagi proses membangun peradanan dunia berbasis pada perdamaian.
Kedua, ajaran tasawuf memiliki nilai etika yang luar biasa di dalam kehidupan dunia.  Ajaran etika di dalam tarekat sesungguhnya memiliki kekuatan yang luar biasa sebagai pembentuk tindakan yang baik. Tasawuf sebagai proses tazkiyatun nafs tentu akan mengarahkan penganutnya pada  sidqul qalbi, sidqul qaul dan sidqul amal.  Melalui kejujuran hati maka akan didapati ketiadaan kebohongan hati baik kepada sesame manusia maupun kepada Allah. Melalui kejujuran perkataan maka apa yang diucapkan akan selalu disesuaikan dengan apa yang dialami dan dilakukan dan melalui kejujuran tindakan, maka juga akan didapati kesesuaian dengan apa yang dilakukan dengan kenyataan riil tindakannya tersebut. Melalui ajaran tasawuf, maka sesungguhnya akan didapati sebuah system mekanik di dalam kehidupan manusia yang  akan bisa menjadi pattern for behavior bagi kehidupannya.
Di sisi lain, tarekat adalah sebagai medium bagi pendidikan karakter. Tidak ada ajaran yang sesolid tarekat di dalam mengajarkan pendidikan karakter. Saya menjadi teringat kepada suatu peristiwa yang diceritakan oleh Rektor Universitas Satya Wacana beberapa saat yang lalu.  Suatu kesempatan bahwa ada pertemuan mahasiswa di Thailand. Sebagai peserta pertemuan ini,  maka ada mahasiswa Jepang, Korea, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia dan sebagainya.  Dari seluruh mahasiswa yang hadir maka diberikan session khusus untuk membicarakan perencanaan kegiatan khusus untuk mereka sendiri. Akhirnya diputuskan untuk melakukan kunjungan ke universitas. Yang menarik, bahwa mahasiswa Jepang meminta izin dan pamit kepada dosen-dosennya, akan tetapi tidak satupun mahasiswa Indonesia yang melakukannya.  Maka lalu memunculkan pertanyaan, siapa yang sesungguhnya lebih religious, apakah mahasiswa Indonesia ataukah mahasiswa Jepang.
Kemudian juga sebuah peristiwa dalam upacara Gerakan Anti Korupsi yang dilakukan di Kantor Grahadi. Dari sebanyak 20 orang anak yang diminta untuk menyerakan stiker Gerakan Anti Korupsi, maka hanya ada satu anak perempuan yang melakukan salaman dengan orang tua sambil mencium tangan orang tua-tua atau pejabat-pejabat itu. Maka ada suatu kenyataan membentang bahwa  ternyata yang melakukan tindakan bersalaman sambil mencium tangan yang lebih tua hanya sedikit. Sambil bergurau saya nyatakan, bahwa yang bersamalan dan mencium tangan orang tua dipastikan anaknya orang NU.
Di sisi lainnya, para santri juga bisa menjadi bagian dari kenyataan empiris bahwa pendidikan karakter ternyata penting. Jika kita berkunjung ke pesantren, maka akan didapati bagaimana para santri itu menghormat kepada yang lebih tua. Jika mereka duduk di pinggir jalan, maka ketika ada yang lebih tua lewat maka para santri berdiri untuk menghormat kepada yang lewat tersebut. Makanya di dunia pesantren tidak didapati demonstrasi, sebab mereka menyadari betul akan pentingnya keridlaan ilmu bagi mereka. Jika kyainya merestui ilmunya, maka mereka akan memperoleh manfaat akan ilmunya tersebut.  Hal ini lain dengan mereka yang sudah memasuki dunia perguruan tinggi, maka demonstrasi dianggap sebagai bagian dari proses untuk mencapai tujuan, sehingga di dunia perguruan tinggi banyak dijumpai gerakan demonstrasi mahasiswa.
Pendidikan  karakter hakikatnya adalah pendidikan hati. Dewasa ini banyak proses pembelajaran yang tidak menggunakan hati nurani. Pembelajaran lebih mengarah kepada pendidikan intelektual saja sehingga tidak sampai kepada pembentukan karakter manusia.
Ketiga, apakah tarekat akan bisa menjadi gerakan social.  Berdasarkan telisikan yang dilakukan oleh Sartono Kartodirdjo, ketika melihat Pemberontakan Petani Banten 1888, maka didapati bahwa penganut tarekat ternyata menjadi kekuatan inti di dalam pemberontakan petani dimaksud. Bukan pemberontakannya yang menjadi catatan penting akan tetapi adalah semangat keagamaan yang mendasari keberaniannya untuk melawan penjajahan Belanda. Semangat kemerdekaan yang dijiwai oleh ajaran tasawuf inilah yang seharusnya dibaca sebagai bagian penting di dalam gerakan terakat. Ada semangat perlawanan yang dijiwai oleh semangat keagamaan.
Selain itu adalah Perang Diponegoro. Sebagaimana hasil telisik yang dilakukan oleh Karel Steenbrink, maka di dalam Perang Diponegoro ternyata banyak dijumpai indikasi keterlibatan penganut tarekat. Ada banyak hal yang mengingatkan akan adanya amalan penganut tarekat. Kyai Mojo adalah penganut tarekat demikian pula Pangeran Diponegoro. Makanya jika di dalam perang Diponegoro tersebut banyak dijumpai indikasi keterlibatan penganut tarekat maka tentu bukan hal yang mustahil.


Kemudian juga semakin banyaknya eksekutif muda yang mengamalkan tarekat secara non struktural. Mereka mengamalkan tarekat yang dianggap televan dan cocok dengan kehidupannya.  Ketika mereka terkena macet di jalan, maka yang dilafalkan adalah Allahumma yassir wa tu’assir. Jadi bukan melafalkan lagu-lagu akan tetapi membaca wirid yang diyakini bisa mengantarkannya kepada kemudahan. Bahkan banyak dijumpai mereka menghidupan video atau apapun yang berisi tentang wirid atau dzikir ketarekatan.
Hal di atas memberikan gambaran tentang bagaimana tarekat telah memasuki kehidupan masyarakat, tidak saja kaum awam akan tetapi juga kaum elit bahkan para pengusaha muda. Jadi, tarekat telah menjadi fenomena yang khusus bagi masyarakat Indonesia dan sesungguhnya telah menjadi gerakan yang berjalan ke depan sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh tarekat yang rahmatan lil alamin.
Oleh karena itu, menurut saya bahwa melalui kenyataan teroretis dan empiris sebagaimana saya paparkan di atas, ternyata tasawuf bisa menjadi instrument bagi pengembangan perdamaian dunia yang didasari oleh semangat keagamaan esoterik yang menjanjikan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Kamis, 27 Oktober 2011

Syair Sufistik KH. Abdurrahman Wahid


Yarosulalloh salammun’alaik…
Yaarofi’asaaniwaddaaroji…
‘atfatayaji rotall ‘aalami…
Yauhailaljuu diwaalkaromi…

Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo petungan

(Kumulai menguntai syairan
Dengan memuji pada Tuhan
Yang merahmati dan memberi nikmat
Siang malam tanpa hitungan )
Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
(Duhai kawan laki-perempuan
Jangan hanya mengaji syariat belaka
Hanya pandai berdongeng, tulis dan baca
Kelak di belakang bakal sengsara.) 

Akeh kang apal Qur’an haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale 
Akeh kang apal Qur’an haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale 

(Banyak yang hafal Al-Qur’an dan haditsnya
Malah suka mengafirkan yang lainnya
Kafirnya sendiri tidak dipedulikan
Jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nistho

(Mudah ketipu nafsu angkara
Pada rias gebyar dunia
Iri dan dengki harta tetangga
Karena hatinya gelap dan nista) 

Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhite
Baguse sangu mulyo matine 

(Mari saudara, jangan lupakan
Kewajiban dengan semua aturannya
Demi menebalkan iman tauhidnya
Bajiknya bekal, hati nan mulia)

Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo hakekot manjing rasane

(Disebut soleh karena bagus hatinya
Karena selaras dengan ilmunya 
Menempuh thariqah dan ma’rifatnya
Juga hakikat merasuk jiwanya) 

Alquran qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing jero dodo

Al-Qur’an Qodim wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itulah nasehat dari guru waskita
Tancapkan di dalam dada

Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjing iman

Merasuk hati dan pikiran
Merasuk badan hingga ke dalam
Mu’jizat Rosul jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman

Kelawan Alloh kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali
Bersama Allah Yang Maha Suci
Harus pelukan siang dan malam
Dilakukan dengan tirakat riyadhoh
Dzikir dan suluk janganlah lupa 
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran

Hidupnya damai merasa aman
Sampai dirasa tandanya iman
Sabar dan menerima walau sederhana
Semua hanya takdir dari Pangeran

Kang anglakoni sakabehane
Allah kang ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate

Yang bisa menjalankan semuanya
Allahlah yang mengangkat derajatnya
Walau rendah kelihatan tampaknya
Namun mulia maqom derajatnya

Lamun prasto ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese 

Jika di akhir hayatnya
Tak tersesat ruh dan jiwanya
Dihantar Allah syurga tempatnya
Utuh mayatnya dan kafannya

Sastra dan Syair Al-Qusyairy

 
Sastra dan Syair Al-Qusyairy

Al-Qusyairy, seperti yang disebutkan oleh as Subky, adalah ahli bahasa dan sastra, seorang pengarang dan penyair. Pada masa kecilnya al-Qusyairy telah mempelajari bahasa Arab dan sastra, sehingga dikenal pula sebagai penyair yang hebat
dan cemerlang. Ali al-Bakhrazy menyebutkan dalam Dimyatul Qashr, mengutip sebagian syairnya, dan menyebut nyebut kebesarannya.
Sebenarnya, dunia tasawuf lebih dominan dibanding kepenyairannya. Anda tidak melihat dalam syair syairnya kecuali mengenai syair tharikat dengan untaian bahasa yang lembut nan indah. Kami sebutkan di antara syairnya yang kami kutip dari Thabaqat asy Syafi'iyah adalah:

Wahai Dzat Yang membuat syukurku menjadi pendek dari kekokohan-Nya,
Setiap bibir kelu bila menjunjung keluhuran-Nya Sedang kemurahan-Nya, Tunggal tiada serupa Melampaui waktu, yang berlalu maupun yang akan tiba 
Tiada abad yang meninggalkan-Nya
Tiada paksa yang menyentuh Nya
Tiada singkap yang menampakkan Nya
Tiada tirai yang menyembunyikan-Nya 
Tiada jumlah yang mengumpulkan-Nya
Tiada kontra yang menghalangi Nya
Tiada batas yang memotong Nya
Tiada tetes yang melimpahi Nya
Tiada jagad yang membatasi Nya
Tiada mata yang memandang Nya
Dan tiada dalam angan yang dilihat 
untuk menyamai Nya
Keagungan Nya Azali
Tiada sirna Nya

Kerajaan Nya abadi
Tak satu pun dibutuhkan Nya. 

Beliau juga bersyair:
Jauhkan padaku hitam legam wahai sahabatku
Bacakan surat surat doa padaku
Benar telah kami jawab bagi perintang akal penuh kepatuhan
Dan kami tinggalkan ucapan Salma dan Maya
Dan kami membuka lebar bagi pematuh syariat
Kami anjurkan pematuh hawa nafsu agar melipat dirinya.

Syairnya lagi:
Jangan tinggalkan bakti pada orang tua, ketahuilah
Pada keluarga kecil 
ada yang terkecil
Raihlah orang yang di sebelah kanannya
bakal kau pegang tangan kanan
Engkau lihat yang kiri di sebelahnya
Engkau raih tangan kirinya.

Syairnya yang lain:
Bila musim memberimu dengan kesedihan
Katakanlah, dengan penghinaan yang menakutinya
Sejenak akan tampak maunya
Dan selesai setiap urusannya
Allah meminumkan pada waktu ketika aku menyepi dari wajahmu
Sedang sirnanya cinta di taman sukaria tertawa
Kami menghuni masa
Sedang mata terasa sejuk
Suatu hari jadilah ciumanmu
pelupuknya.

Pada bait lain:
Bila engkau sesaat bersama kami tidaklah engkau bersama kami
Engkau saksikan ketika pamit berpisah
Engkau yakin di antara tetesan air mata penuh ungkapan kata kata
Engkau pun tahu di antara kata kata pun penuh air mata.

Syairnya pula:
Bila keadaan keadaan jiwa menolongmu
Intailah akan sirnanya
Itu pun tak lebih dari missal pengalaman yang diberikan
Bila ucapan ucapan busuk menuju padamu 
Maka, busungkan luasnya dada yang tercambuk 
Dan, bersabarlah.
Syair Imam Syafi'i

TIPUAN PALSU
 Aku melihat tipu muslihat dunia,
tatkala ia bertenggerdi atas kepala-kepala manusia,
dan membincangkan manusia-manusia yang terkena 
tipunya. 
Bagi mereka,
Orang sepertiku tampak amat tak berharga.
Aku disamakan olehnya,
dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan.

MENCINTAI AKHIRAT 
Duhai orang yang senang memeluk dunia fana,
Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia,
Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu,
kepada duniamu itu.
Karena kelak engkau akan berpelukan,
Dengan bidadari di surga.
Apabila engkau harap menjadi penghuni surga abadi,
maka hindarilah jalan menuju api neraka.

RENDAH HATI
Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad,
Sementara di sekitarnya terdapat gunung-gunung 
dan tebing-tebing.Padahal aku tak beralas kaki,
dan tak berkendaraan.
Tanganku pun kosong dan,
jalan ke sana amat mengerikan.

TENTANG CINTA
Engkau durhaka kepada Allah,
dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya.
Ini adalah suatu kemustahilan.
Apabila benar engkau mencintai-Nya,
pastilah engkau taati semua perintah-Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta,
Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu,
setiap saat dan tak ada rasa syukur,
yang engkau panjatkan kepada-Nya.

KEPUASAN (QANA'AH)
Aku melihat bahwa kepuasan itu pangkal kekayaan,
lalu kupegang erat-erat ujungnya.
Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta,
dan memerintah bak seorang raja. 

ANUGRAH ALLAH
Aku melihat-Mu pada saat penciptaanku,
yang penuh dengan anugerah.
Engkaulah sumber satu-satunya,
pada saat penciptaanku.
Hidarkan aku dari anugerah yang buruk. 
Karena sepotong kehidupan telah cukup bagiku,
hingga saat Engkau mematikanku.

Puisi Sufi as-Sanai

Puisi Sufi as-Sanai


As Sanai (Abul-Majd ibn Adam Sanai Majdud Ghaznavi) dikenal sebagai sastrawan sufi masyhur. Ia peletak tema cinta dalam sufisme. Maulana Jalaudddin Rumi mengatakan, “Attar adalah jiwa dan Sanai adalah matanya.” Pujian itu memang tidak berlebihan bernama lengkap Abul-Majd ibn Adam Sanai Majdud Ghaznavi dikenal sebagai salah
satu satrawan sufi terkemuka. Dia dikenal sebagai seorang sastrawan mistik yang masyhur sekaligus sebagai salah satu guru dari jalaluddin Ar Rumi. Riwayat hidupnya memang jarang sekali ditulis. Ia lahir di provinsi Ghazna di Afghanistan selatan di tengah abad ke-11 dan mungkin meninggal sekitar tahun 1150. Ia juga dikenal sebagai guru dari Afghanistan paling awal yang menggunakan tema cinta dalam Sufisme. Pengamat sufisme Anemarie Schimmel bahkan memujinya setinggi langit.
Sanai awalnya seorang penyair istana yang ditugaskan secara tertulis pujian untuk Sultan Ghazna. Sebuah kisah mengatakan bahwa ketika Sultan Ghazna hendak memimpin serangan militer terhadap India, sebagai penyair istana Sanai dipanggil untuk bergabung dengan ekspedisi tersebut. Singkat cerita ketika Sanai sedang berjalan melewati sebuah taman tertutup yang sering dikunjungi pemabuk terkenal bernama Lai Khur.
Ketika lewat ia mendengar Lai Khur bersulang keras dan menyatakan bahwa Sultan adalah seorang yang rakus karena menyerang India. Menyair hanya untuk menyenangkan para penguasa dan demi mengharapkan imbalan. Mendengar hal tersebut Sanai kaget dan berhenti. Lai Khur kemudian mengatakan bahwa penyair yang memuji sultan adalah sikap yang bodoh. Kata-kata ini seperti gempa bumi bagi Hakim Sanai. Sebab Sanai hal tersebut adalah benar. Sejak saat itu Sanai meninggalkan hidupnya sebagai penyair istana yang dimanjakan, dan mulai belajar dengan seorang guru sufi bernama Yusuf Hamdani.
Seorang ahli yang bernama Zakariyya Al Qazwini menggambarkan As Sanai sebagai seorang bijak dan mistikus yang hidup di ”tempat-tempat berantakan”, dalam kemiskinan yang menekan diri dan mengembara dengan kaki telanjang. Banyak lika-liku hidupnya yang menarik. Salah satunya As Sanai pernah menggolongkan sebagai orang yang keluar dari Islam.
Ada beberapa karya As Sanai salah satunya yang terkenal adalah Hadiqatul Haqiqat atau Taman Kebenaran. Karyanya ini dianggap sebagai karya favorit umat Islam.  Bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan  The Walled Garden of Truth ini  berisi ajaran-ajaran mistis bercampur dengan peribahasa, fabel, dan anekdot. Dengan cara ini Sanai memperkenalkan dan menjelaskan ajaran-ajaran Sufisme. Hal ini yang dianggap oleh para sarjana menjadi puisi pertama mistik dan memiliki pengaruh besar bagi kaum Muslim dan sastra Persia. Bahkan setelah 900 tahun buku ini masih populer bahkan sampai sekarang. Buku ini juga disebutkan sebagai buku teks klasik oleh para sufi selama bertahun-tahun.
Sanai menggunakan jalan puisi untuk menyebarkan pengetahuan dan pesan di kalangan rakyat. Menurut dia, nafsu dan keserakahan dan kegembiraan emosional, selalu berdiri di antara manusia. Pengetahuan Ilahi yang satu-satunya realitas yang benar (Haqq). Dia mengatakan bahwa Cinta (Ishq) dan hati nurani merupakan dasar agama. Hakim Sanai memiliki pengaruh besar pada sastra Persia. Ia dianggap sebagai penyair pertama yang menggunakan puisinya dalam bentuk qasidah (ode). Dia juga memakai ghazal (lirik) dan Masnawi (bait berirama) untuk mengungkapkan ide-ide filosofis, mistis, dan etika dari tasawuf.
Puisi dan Si Tolol Ada beberapa puisi, wejangan dan anekdot yang ditulis as Sanai. Berikut beberapa puisi dan anekdotnya Saat ummat manusia tetap merupakan benda semata di duniaMaka akan dibawa serta, seperti dalam kapal, tertidur.Apa yang dapat mereka lihat dalam tidur?
Manfaat atau hukuman apa yang ada?
Kemudian salah satu bunyi puisi lainnya:
Jangan membicarakan kepiluanmu-karena Dia yang berbicara.Jangan mencari-Nya-karena Dia yang mencari.Dia bahkan merasakan sentuhan kaki semut;Bila batu di bawah air bergerak Dia mengetahuinya.Jika ada cacing di bebatuanDia tahu tubuhnya, lebih kecil dari atom.Suara doanya, dan maksudnya yang tersembunyi,Dia tahu melalui pengetahuan Ilahiah-Nya.Dia memberi cacing makanannya;
Dia telah menunjukkan kepadamu jalan Ajaran.
Tentang kehampaan As Sanai berkata ,” Setiap orang di dunia pada umumnya tidur. Agama mereka agama dunia yang lazim-adalah kehampaan, sama sekali bukan agama.” Sedangkan tentang kelaparan ”Orang-orang puas dengan diri mereka sendiri disebabkan oleh kelaparan mereka akan sesuatu yang lain. Oleh karena itu mereka lapar. Mereka yang kembali dari perbuatan salah, mereka adalah orang-orang yang shalat; bukan mereka yang semata tampak sujud ketika sedang shalat. Shalat adalah suatu kegiatan.”

Anekdot Kisah si tolol dan onta yang sedang makan rumputSeorang Tolol memperhatikan seekor unta yang sedang makan rumput. Katanya kepada binatang itu, “Tampangmu mencong. Kenapa begitu?” Unta menjawab, “Dalam menilai kesan yang timbul, kau mengaitkan kesalahan dengan hal yang mewujudkan bentuk. Hati-hatilah terhadap hal itu! Jangan menganggap wajahku yang buruk sebagai suatu kesalahan. Pergi kau menjauh dariku, ambil jalan lintas. Tampangku mengandung arti tertentu, punya alasan tertentu. 
Busur memerlukan yang lurus dan yang bengkok, pegangannya dan talinya.” Orang tolol, enyahlah: “Pemahaman keledai sesuai dengan sifat keledai.” 


Mutiara Tiga Kata


Ibnu Hajar Al-Asqalani 
Suatu hari Rasulullah saw. mengunjungi para sahabat 
la bertanya: Bagaimana keadaan kalian?
Para sahabat menjawab: Kami beriman kepada Allah
Rasul saw.: Apa bukti iman kalian?
Sahabat: Kami bersabar atas cobaan
Kami bersyukur atas limpahan kehidupan 
Dan kami rela apa pun anugerah Tuhan 
Rasul: Demi Dzat Yang menguasai Ka’bah 
Sungguh kalian mukmin sejati
hambakan diri kepada Allah 
Dengan ikhlas dan sepenuh hati Jika kalian belum mampu rela 
Jalankanlah dengan lapang dada 
Sebab sesuatu yang kalian cela 
Bisa jadi banyak kebaikannya
Allah berfirman kepada para Nabi: 
Barangsiapa berjumpa dengan-Ku 
Sedang la mencintai-Ku
Akan kumasukkan ia ke taman surga-Ku 
Barangsiapa berjumpa dengan-Ku 
Sedang ia takut akan siksa-Ku
Akan Kujauhkan ia dari api neraka-Ku 
Dan barangsiapa berjumpa dengan-Ku 
Dengan malu-malu
Akan kubuat lupa malaikat-Ku, untuk menyiksanya
Ibnu Mas’ud mengatakan:
Taatilah sepenuhnya perintah Allah
Sungguh engkau insan yang paling berbakti 
Jauhilah semua larangan Allah
Sungguh engkau insan zuhud nan suci 
Dan terimalah dengan rela pemberian Allah 
Sungguh engkau insan kaya di bumi
Ketika Shaleh al-Marqadi melewati 
sebuah perkampungan sunyi
la bertanya: wahai puing-puing desa
Di manakah pendudukmu, di manakah generasimu 
Dan di manakah penghunimu dahulu 
Terdengarlah suara menjawab:
Mereka telah binasa, jasadnya musnah ditelan bumi 
Sedang tanggung jawab mereka belum jua terlunasi


Ali r.a. mengatakan:
Berilah hadiah sesukamu pada siapa saja 
Niscaya engkau menjadi rajanya 
Minta-mintalah jika engkau mau pada siapa saja 
Niscaya engkau menjadi budaknya
Dan mandirilah dari ketergantungan pada siapa saja 
Niscaya engkau sederajat dengannya
Yahya bin Mu’adz berkata:
Memilih duniawi akan lupa ukhrawi 
Cinta duniawi akan benci ukhrawi 
Dan benci duniawi akan cinta ukhrawi
Ibrahim bin Adham pernah ditanya: 
Mengapa engkau tinggalkan hartamu
Padahal engkau kaya raya? 
la menjawab :
Aku melihat alam kubur, 
Betapa la menggelisahkan 
Sedangkan aku tak punya pelipur 
Aku memandang arah perjalanan, betapa jauh nian 
Sedang aku tak punya cukup perbekalan
Dan aku dapati Dzat Maha Memaksa 
Begitu mudahnya putuskan perkara 
Sedang aku tak punya cara, untuk 
menangkal putusannya
Sufyan ats-Tsauri pernah ditanya: 
Mengapa engkau tenang di sisi Allah? 
la menjawab: Janganlah engkau merasa aman 
Dengan wajahmu yang tampan
Dengan suaramu yang indah 
Serta lisanmu yang fasih
Ibnu Abbas berkata:
Kata “zuhud” terdiri dari tiga huruf.- Za ; Ha’ dan Dal 
Za’: Zadun lil Ma’ad (bekal menuju hari kembali) 
Ha’: Hudan lid-Din (petunjuk menuju jalan Ilahi) 
Dal: Dawamun ‘ala Tha’ah (selalu taat dan berbakti) 
Pada kesempatan yang lain Ibnu Abbas mengatakan: 
Za’: Tarkuz-Zinah (meninggalkan menghias raga) 
Ha’: Tarkul-Hawa (meninggalkan kesenangan jiwa) 
Dal: Tarkud-Dunya (meninggalkan harta benda)
Hamid al-Laqqaf berkata kepada seseorang 
yang mendatanginya:
Bungkuslah agamamu
Seperti halnya engkau bungkus mushafmu 
Dengan menjalani tiga perilaku
Bicaralah seperlunya 
Milikilah harta secukupnya 
Dan bergaullah sekadarnya 
Kemudian ketahuilah 
Sumber sikap zuhud adalah: 
Menjauhi segala larangan 
Menjalani semua kewajiban 
Dan meninggalkan paham kebendaan
Luqman al-Hakim bertutur pada anaknya: 
Anakku,
Diri manusia dibagi menjadi tiga
Sepertiga pertama untuk Allah, ialah alat kelaminnya 
Sepertiga kedua untuk dirinya, ialah amal perbuatannya 
Dan sepertiga berikutnya untuk cacing tanah,
Ialah jasad raganya
Ali r.a. berkata:
Tiga amalan dapat mempermudah hafalan 
Dan menghilangkan dahak di tenggorokan 
Ialah siwak, puasa dan membaca al-Qur’an


Seorang filosuf berkata: 
Tiga elemen istana Allah 
Sakit, fakir dan sabar
Ibnu Abbas pernah ditanya:
Hari, bulan dan perbuatan apa yang terbaik 
menurut Anda?
la menjawab: Hari Jum’at, bulan Ramadhan 
Dan shalat lima waktu tepat pada waktunya
Ibnu Abbas meninggal pada hari Jum’at. 
Tiga hari berikutnya Sayyidina Ali 
mendengar kabar bahwa Ibnu
Abbas pernah ditanya tentang hari, 
bulan dan perbuatan apa yang terbaik 
beserta jawabannya di atas. 
Kemudian Ali r.a. mengatakan:
Andai saja seluruh ulama dari dunia 
Timur hingga belahan dunia Barat ditanya persoalan tadi, 
tentu jawaban mereka akan sama dengan Ibnu Abbas; 
hanya saja aku akan menjawab lain:
Sebaik-balk amal ialah
Amal yang diterima oleh Allah 
Sebaik-baik bulan ialah
Bulan dimana engkau bertobat kepada Allah 
Dan sebaik-balk hari ialah
Hari dimana engkau mati, 
dengan tetap iman kepada Allah
Seorang penyair mengatakan: 
Tidakkah engkau melihat 
Bagaimana siang dan malam menggodaku 
Sedang aku selalu bermain dalam kesendirianku
Dan bersama orang-orang di sekitarku 
Wahai
Jangan pernah engkau tergiur keelokan dunia
Sebab la bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya 
Berbuatlah untuk dirimu sendiri
Sebelum engkau dijemput mati 
Dan jangan pernah engkau tertipu 
Lantaran banyak teman mengitarimu
Sebuah maqalah mengatakan: 
Apabila Allah menghendaki kebaikan 
Atas seseorang hamba-Nya yang beriman 
Maka dipintarkannyalah tentang agama 
Dia zuhudkan terhadap harta benda 
Dan Dia sadarkan akan aibnya
Dalam sebuah pertemuan, Rasulullah saw. bersabda: 
Kucintai tiga perkara dari dunia ini
Mutiara Tiga Kata
Parfum, perempuan dan shalat
Kemudian Abu Bakar r.a. berkata: 
Begitupun aku mencintai tiga hal dari dunia 
Memandang wajah Rasulullah 
Mendermakan harta kepada Rasulullah
Dan putriku (Aisyah) di bawah naungan Rasulullah
Umar r.a. menyela:
Engkau benar wahai Abu Bakar
Aku pun cinta tiga perkara dari dunia 
Amar ma’ruf, nahi munkar,
Dan memakai pakaian rakyat jelata

Syair Sufistik An-Niffari

Syair Sufistik An-Niffari

Berbeda dengan para sufi penyair kebanyakan, an-Niffari dipandang sebagai sosok sufi penyair yang unik. Ia lebih suka hidup menyendiri, meskipun selama hayatnya ia banyak melakukan pengembaraan ke berbagai negeri Islam. Bahkan terhadap karya-karya syair sufistiknya sekalipun, orang tak mungkin mengenalnya jika tanpa bantuan Arthur John Arberry, orientalis Inggris yang pernah menulis buku Tasawuf versus Syari’at. Arberry telah menemukan karya An-Niffari, dan kemudian menerbitkannya pada tahun 1934. Salah satunya karya an-Niffari yang terpenting dan ditemukan Arberry itu adalah Al-Mawaqif wal Mukhathabat (Posisi-posisi dan Percakapan).
Menurut, pengamat sastra sufi Dr. Fudloli Zaini sebagaimana ditulis dalam bukunya Sepintas Sastra Sufi: Tokoh dan Pemikirannya (2000), karya an-Niffari ini terbagi ke dalam dua bagian besar. Pertama adalah Al-Mawaqif (jamak dari mauqif), yang berarti posisi, sikap atau tempat berdiri seseorang. Keposisian itu sendiri disebut waqfah. Secara gamblang, an-Niffari melukiskan apa yang dimaksud dengan waqfah ini. Menurutnya, waqfah tak lain adalah sumber ilmu. Kalau pada waqif ilmunya bersumber pada dirinya sendiri, maka pada setiap orang lain ilmu mereka bersumber pada sesuatu yang berada di luar. Waqfah adalah ruh dari ma’rifah, dan ma’rifah adalah ruh dari kehidupan. Pada waqfah, demikian jelas an-Niffari, telah tercakup di dalamnya ma’rifah, dan pada ma’rifah telah tercakup di dalamnya ilmu. Waqfah berada di balik kejauhan (al-bu’d) dan kedekatan (al-qurb), ma’rifah ada di dalam kedekatan, dan ilmu ada di dalam kejauhan. Waqfah adalah kehadiran Allah, ma’rifah adalah ucapan Allah, dan ilmu adalah tabir Allah. Dengan demikian ada urut-urutan dari besar ke kecil sebagai berikut: waqfah, ma’rifah, dan ilmu. Dalam Mauqif al-Qurb, an-Niffari misalnya mengatakan:
Ia menghentikanku dalam posisi kedekatan,
dan berkata kepadaku: Tak suatu pun lebih jauh dariku terhadap sesuatu yang lain, Tak satu pun lebih dekat dariku, terhadap sesuatu yang lain, Kecuali atas dasar hukum ketetapannya, dalam hal kedekatan dan kejauhan, Kejauhan diketahui dengan kedekatan, kedekatan diketahui dengan wujud, Akulah kedekatan yang tidak mencariku, dan wujud yang tidak berakhir padaku.


Ia melanjutkan :
Akulah yang dekat,
tidak seperti kedekatan sesuatu dari sesuatu, Akulah yang jauh tidak seperti kejauhan sesuatu dari sesuatu. Dekatmu bukanlah jauhmu, Dan jauhmu bukanlah dekatmu. Akulah yang dekat yang jauh, dekat yang adalah jauh dan jauh yang adalah dekat. Dekat yang kau ketahui ketahui adalah jarak, Dan jauh yang kau ketahui adalah jarak, Akulah yang dekat yang jauh tanpa jarak, Aku lebih dekat dari lidah terhadap ucapannya, tatkala ia menyebut sesuatu. Maka yang menyaksikanku tidak menyebutku, dan yang menyebutku tidak menyaksikanku.


Perjalanan waqfah, menurut an-Niffari, tak lain adalah persetujuan Allah kepadanya atau bersamanya menurut keadaan hal dan maqam-nya. Ia tak lain merupakan jawaban atas panggilan-Nya kepadanya di dalam dirinya sendiri. Bilamana seorang arif telah sampai pada puncak kesiapan dan waqfah nuraninya, terguyurlah ia dalam guyuran cahaya Ilahi di mana ia merasa tidak bisa membedakan antara dirinya dan Tuhannya. Hilanglah dirinya di dalam-Nya. Saat itu ia tak lagi menginginkan sesuatu, karena ia telah lebur dan tenggelam dalam yang di inginkannya itu. Kalau seorang waqif masuk ke dalam setiap rumah, rumah-rumah itu tak akan bisa memuatnya. Dan bila ia minum dari setiap tempat minum, itu tak akan pernah menghilangkan dahaganya. Kedua adalah Al-Mukhathaba. Menurut Fudloli, Al-Mukhathabat adalah percakapan batin dan kata-kata Yang Maha Kuasa dalam diri sang penyair sufi di mana yang terakhir ini memilih untuk berdiam diri. Pengalaman ruhani yang begitu hebat dan mempesona itu merupakan spontanitas yang membuatnya jadi gagap dan gagu. Secara umum, menurut Fudloli, Al-Mukhathabat ini biasanya dimulai dengan ungkapan, “Ya Abd!” (Wahai Hamba!). Misalnya:


Hai hamba, engkau lapar,
maka kau makan yang ada padamu dariku,
dan aku bukan darimu,
Engkau dahaga,
maka kau minum yang ada padamu dariku,
dan aku bukan darimu.
Hai hamba, setelah kau kuberi,
kau mensyukuri apa yang ada padamu dariku,
dan aku bukan darimu.

Pada bagian lain syairnya, ia juga mengatakan:
Hai hamba, katakan,
aku berlindung kepada dzatmu,
dari segala dzat yang ada,
aku berlindung kepada wajahmu,
dari segenap wajah yang ada,
aku berlindung kepada kedekatanmu,
dari kejauhanmu,
Aku berlindung kepada kejauhanmu,
dari kemurkaanmu,
aku berlindung kepada penemuanku padamu,
dari kehilanganmu.

An-Niffari memiliki nama lengkap Muhammad Ibnu Abd al-Jabbar an-Niffari. Ia dilahirkan di Basrah (Irak). Tak diketahui pasti kapan ia sendiri dilahirkan, kecuali hanya wafatnya pada tahun 354 H.

Satu cacatan yang perlu dijelaskan di sini, konon menurut salah seorang pensyarah kitab karya an-Niffari, Afifuddin at-Tilmisani (w. 690 H), an-Niffari tidak menulis sendiri karyanya itu melainkan ia hanya mendiktekannya saja kepada putranya atau menuliskannya pada potongan-potongan kertas, yang kemudian disusun dan disalin kembali oleh putranya sesudah sang syekh meninggal.

Blog Archive

Blog Archive