Sabtu, 10 Desember 2011

"Buka Luwur" Makam Wali, Sebuah Tradisi yang Dinanti

"Buka Luwur" Makam Wali, Sebuah Tradisi yang Dinanti




Kudus,
Bagi masyarakat Kudus, bulan Muharram memiliki makna tersendiri. Bukan karena  penuh kemuliaan, tetapi pada bulan tersebut di kota kretek ini terdapat ritual keagamaan yang sangat dinantikan yakni buka luwur makam wali. Buka luwur adalah ritual peringatan haul wafatnya para wali dengan prosesi mengganti kelambu makam wali tersebut.  


Di Kudus, terdapat beberapa auliya maupun ulama besar yang selalu diperingati haulnya.Selain dua  makam wali yang termasuk Walisongo yakni Raden Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) di komplek menara Kudus dan Raden Umar Said (sunan Gunung Muria), terdapat ulama besar asal Madura yang mengembangkan Islam di Kudus wilayah Utara, Raden Muhammad Syarif di Pemakaman desa Padurenan Gebog Kudus. 

Setiap tahunnya, kedua wali itu diperingati haulnya secara berbeda. Sunan Kudus setiap tanggal 10 Muharram dan sunan Muria tanggal 15 Muharram. Sedangkan Haul Raden Muhammad Syarif dilaksanakan legi akhir bulan Muharram. 

Saat memperingatinya, pihak pengurus makam dan masjid wali menyelenggarakan rangkaian kegiatan mulai semaan Alqur’an, pengajian umum dan pembagian nasi uyah (nasi jangkrik). Tentu saja, prosesi buka luwur ini selalu dinanti masyarakat Kudus dan sekitarnya.

Yang menarik perhatian masyarakat setiap buka luwur adalah pada saat pembagian nasi uyah (nasi jangkrik) dibagikan secara gratis oleh pengurus yayasan Masjid dan Makam Sunan.

Pada Senin (5/12) lalu misalnya, ribuan masyarakat dari berbagai daerah rela mengantri sejak pagi hingga siang untuk mendapat sebungkus nasi uyah. Mereka meyakini nasi uyah yang berupa nasi dan lauk seiris daging dibungkus daun jati itu mampu mendatangkan keberkahan tersendiri dalam kehidupannya.

Salah seorang warga Grubogan Jawa Tengah, Fathonah (40) sengaja datang lebih pagi bersama warga lainnya hanya ingin mendapatkan berkah dari sunan Kudus.

Ia mempercayai, nasi bungkus dari prosesi buka luwur akan membawa berkah "Sebagian nasi tersebut akan dimakan bersama keluarga, sisanya untuk para tetangga yang belum mendapatkan nasi tersebut," ujarnya.

Pada tahun ini, pihak yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus selain mempersiapkan kebutuhan  prosesi buka luwur seperti  kain kelambu yang dipasang Ahad (4/12) sore, juga memasak beras hingga 6.53 ton serta hewan kerbau sebanyak 10 ekor dan kambing sebanyak 81 ekor.

Menurut penuturan Ketua YM3SK) Muhammad Nadjib Hassan, jumlah tersebut mampu menyediakan nasi uyah berjumlah 25.000 bungkus daun jati untuk umum. Sedangkan untuk nasi buka luwur yang berjumlah 1.750 keranjang diberikan kepada tokoh masyarakat, kiai, pejabat, tamu undangan, pekerja, dan panitia.

Setelah prosesi buka luwur di makam sunan Kudus, kini masyarakat Kudus dan sekitarnya menantikan prosesi serupa di makam sunan Muria yang akan dilaksanakan tanggal sabtu malam Ahad (10/12) besok.

Pada tahun-tahun sebelumnya, animo masyarakat juga membludak baik yang sekedar berziarah maupun mengharap keberkahan Raden Umar Said melalui kain kelambu dan nasi yang dibagikan tersebut.

Tradisi buka luwur, menurut  salah seorang A’wan Syuriyah MWC NU Kec. Gebog Kiai Aminudin Mawardi, merupakan bentuk rasa cinta terhadap para wali dengan mengharapkan keberkahan atas karomahnya.

“Apalagi para wali memiliki karomah luar biasa yang mampu memberikan kemanfaatan dan mengayomi masyarakat luas,” jelasnya saat membentuk panitia haul mbah Raden Muhammad Syarif desa Padurenan, Jum’at (9/12).

Dengan cinta para wali, KiaiAminudin meyakini akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. “Jadi sangatlah wajar, masyarakat selalu perhatian dan seguyup menghormati para wali dan ulama besar melalui kegiatan buka luwur,” tambahnya. 

Jadi, buka luwur ternyata bukan saja hanya ritual prosesi tahunan semata melainkan menganduk makna yang dalam untuk memperoleh keberkahan akan karomah yang dimiliki para wali Allah ini. 

 NU Online

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Qomarul Adib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar