Sabtu, 10 Desember 2011

Thariqat Sufi Solusi Kaum Modern (bagi kawula Muda)

K.H. Syafi'i Hadzami : Thariqat Sufi Solusi Kaum Modern

Pekalongan, NU Online
Thariqat bukanlah sesuatu yang mengawang-awang, ia hadir laksana cahaya yang memendar nun jauh disana. Tak habis-habisnya mata memandang penuh pesona. Indah dan menakjubkan, hingga tiada sesaat pun melainkan sebuah klimaks dari puncak rasa kita, terkadang seperti puncak gelombang cinta, terkadang menghempas seperti sauh-sauh kesadaran dihempas pantai, terkadang begitu jauh di luar batas harapan, padahal ia lebih dekat dari sanubari kita sendiri," begitu seorang bijak satu hari mengatakan tentang fenomena sufisme.


Cinta dan cahaya ditengah masyarakat materialis-industrialis, seperti saat ini, menjadi sesuatu yang langka hingga tasawuf, sebagai konsep amal dan ilmu, yang mengemban pesan damai dan kasih sayang masih banyak disalah pahami dan disalah artikan. Hingga pada akhirnya penyebaran ilmu tasawuf ditengah kehidupan masyarakat memiliki keaneka ragaman tersendiri.
K.H. Syafi'i Hadzami adalah salah seorang diantara ulama yang memiliki caranya tersendiri dalam mensosialisasikan pandangan-pandangan sufisme. Berikut pandangan tokoh panutan masyarakat Jakarta ini kepada Ahmad Kosasih Marzuki dari NU Online di arena Muktamar X Jamiyyah Ahlith Thariqah Almutabarrah An Nahdliyyah tentang tasawuf, fenomena kekinian dan amalan tharekat yang dijalaninya.
Apakah Anda melihat perubahan dunia ruhani dari waktu-waktu di Ibu Kota Jakarta ?
Tidak cuma di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah lain, Permasalahan hidup ini kan intinya cuma dua perkara; ada orang yang taat, ada juga orang yang bermaksiat. Begitulah sejarah hidup manusia di dunia ini. Benar, di Jakarta sekarang ini, memang tengah terjadi pergeseran besar di dalam dunia ruhani.
Dahulu, meski lembaga-lembaga kerohanian sedikit jumlahnya, namun kualitas ruhaniah penduduk Jakarta boleh dibilang tinggi. Tapi sekarang malah berbalik, lembaga-lembaga ruhani semakin banyak jumlahnya, namun kwalitas ruhaniah kian meredup. Faktor apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi ? Ya, terutama karena lembaga-lembaga kerohanian itu tidak memberikan perhatian pada kemantapan aqidah. Meski mereka tahu kalau Allah Swt mengetahui, melihat dan mendengar, tapi pada kegiatan keseharian mereka menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang sudah Allah Swt. tetapkan.
Mereka malah bertindak seolah-olah Allah Swt tidak mengetahui, melihat dan mendengar. Nah, ini bisa kita lihat betapa aqidah mereka itu sangat labil sekali. Lantas bagaimana solusinya ? Kita harus mensosialisasikan kembali tiga ilmu yang harus di pelajari: Pertama, Ilmu Ushuluddin, mengenai aqidah dan keimanan. Kedua, ilmu fiqih, guna mengenali sah tidak nya suatu ibadah. Ketiga, ilmu tasawuf untuk meluruskan hati, agar tidak menyimpang kepada selain yang bukan Allah.
Ketiga ilmu ini diambil dari iman, islam dan ihsan. Ketiga ilmu ini wajib dipelajari dan harus disosialisasikan kembali. Di atas tadi Anda katakan bahwa tidak sedikit anggota masyarakat yang tengah dilanda ketidakmantapan aqidah, apakah itu juga menimpa para elit politik kita, khususnya elit muslim ? Ya, sekarang ini mereka lebih banyak terjebak oleh hawa nafsu. "Karena Allah" dalam ucapan dan "karena hawa nafsu" dalam tindakan. Nafsu nya sendiri atau nafsu kelompoknya sendiri. Termasuk anggota DPR-MPR RI yang sekarang ?
Dulu di DPR ada itu ada KH. Rusli Abdul Wahid (yang juga mantan Menteri Negara di pemerintahan Soekarno) dari PERTI, bermadzhab Syafi'i dan pengamal tarekat qadiriyyah wa naqsanabandiyyah. Tapi, sampai hari ini saya tidak menemukan anggota DPR-MPR RI yang konsis terhadap kehidupan ruhaniah. Sebabnya ? Sebab di Perguruan-perguruan Tinggi Islam lebih mengutamakan ilmu tafsir, ilmu hadist yang sebenarnya ilmu-ilmu itu sebagai pelengkap saja, bukan ilmu yang utama.
Ilmu utama yang mana? Tiga ilmu yang sudah saya katakan tadi; ilmu ushuluddin. Fiqih dan tasawuf. Ushuluddin untuk kepentingan iman, fiqh untuk kepentingan ibadah dan tasawuf untuk kepentingan etika. Ketiga ilmu ini sejak zaman dulu kala sudah disampaikan oleh para ulama. Nah sekarang harus digalakkan penyebaran ketiga ilmu ini. Apakah Anda sendiri menyelami ketiga ilmu itu ? Alhamdulillah, sampai sekarang kemanapun saya mengajar, yang saya sampaikan ya ketiga ilmu itu.
Berkaitan dengan tasawuf, apakah Anda menjadi bagian atau tepatnya pengamal dari kelompok tarekat tertentu ?
Saya tidak masuk dalam kelompok-kelompok tarekat yang ada. Meski demikian, tarekat-tarekat mu'tabarah yang ada di NU, yang berjumlah 40, sampai hari ini saya terus pelajari a-b-c-nya tarekat-tarekat itu. Dan saya juga mendawamkan ahzab (hizib-hizib) mursyid-mursyid tarekat loh ! seperti hizb nashar, hizb bahar, hizib rifa'i dan hizib nawawi.
Kenapa Anda tidak ingin menjadi bagian dari dunia tarekat ?
(Dengan penuh kehati-hatian Kiyai sepuh masyarakat Betawi ini menjawab:) Biasanya, anak-anak muda kh.


NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar