Sabtu, 10 Desember 2011

TAREKAT

Said Agil: Tarekat Diharapkan Kembangkan Aspek Sosial Ekonomi

Ajaran tarekat atau sufisme telah lama berkembang di Indonesia. Bahkan masuknya Islam ke Indonesia melalui para sufi tersebut sehingga bisa berjalan dengan damai. Dalam Nahdlatul Ulama, aliran tarekat tergabung dalam badan otonom Jamiyyah Ahlut Tarekat Al Mutabarah an Nahdliyyah yang akan melaksanakan muktamarnya ke 10 di Pekalongan Jawa Tengah pada 27-30 Maret 2005.

Berikut ini petikan wawancara dengan ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, yang disertasinya di Universitas Ummul Quro Saudi Arabia berjudulShilatullah bil-Kauni fi al-Tashawwuf  al-Falsafi, (Relasi Allah dan Alam: Perspektif Tasawuf) tentang pandangan dan harapannya terhadap dunia tarekat di NU.
Bagaimana menurut Bapak arah perkembangan tarekat NU ke depan?
Sebenarnya tarekat merupakan jaringan yang sangat kokoh dan luas di dalam lingkup Nahdlatul Ulama, malah boleh dibilang jaringan ini lebih kokoh dan lebih luas dari pesantren, tetapi tarekat lebih merakyat, lebih egaliter, lebih mengakar dan lebih kokoh. Hanya yang kita harapkan ke depan, lebih meningkatkan lagi kepedulian terhadap upaya sosial disamping ngurusi dhikir, wirid dan spiritualitas. Kesejahteraan warga tarekat juga penting. tidak mengesampingkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.
Yaa, memang timbul kesan yang kuat bahwa selama ini tarekat memang hanya ngurusi dzikir, apakah memang di tarekat sendiri terkandung upaya pengembangan ekonomi?
Tokoh-tokoh sufi zaman dahulu merupakan tokoh yang kaya, walaupun memang ada juga yang tidak kaya. Ada seorang sufi yang menjadi kepala negara, yaitu Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa pada tahun 99 102 H. Ada sufi yang ahli matematik yang malah menciptakan ilmu al Jabar, yaitu Jabar bin Hayyam, ia merupakan ahli sufi yang sangat zuhud dan ahli ibadah, tiap malam sholatnya tidak kurang dari 100 rakaat.
Ini menunjukkan bahwa aktifitas wirid dan spiritual tidak bertentangan dengan aktifitas ilmu pengetahuan. Dan juga kesan bahwa tarekat sasma dengan kumpulannya orang yang tidak berpendidikan bisa juga terhapus.
Ada juga seorang sufi yang kaya. Mengapa dinamakan Imam al Junaid al Qowariri, karena ia memiliki perusahaan pabrik botol. Mengapa dinamakan abu Said al Qorros karena pengusaha sutra, mengapa dinamakan Fariduddin al Attor, karena pengusaha parfum,
Jadi dari ini saja diketahui bahwa para sufi juga pengusaha. Syeikh Abu Hasan as Syadzili, pendiri tarekat syadziliyah merupakan orang kaya. Ia bahkan menanggung muridnya yang sebanyak 6000.
Banyak orang terheran-heran ketika melihatnya. Bagi orang yang belum tahu, ia akan memiliki persepsi orang yang kumuh, tetapi ternyata rumahnya bagus, kudanya besar, pakaiannya tiap hari ganti dan selalu berharga yang mahal. Ketika ditanya mengapa selalu berganti pakaian. Ia mengungkapkan bahwa pakaian bisa bicara, kalau pakaiannya mahal artinya menunjukkan wahai masyarakat saya ini kaya, maka dari itu janganlah dikasihani, kalau pakiannya kumuh ini artinya wahai masyarakat saya ini miskin, maka sedekahilah saya.
Bahkan satu satu tamu terheran-heran ketika melihat rumah Abu Hasan as Syadili dan mengatakan salam sama guru kamu yaa ngapain kamu mikirin dunia terus, padahal gurunya tersebut miskin, ketika lapor pada gurunya, dibenarkan ucapan Abu Hasan tersebut dan berkata memang benar Abu Hasan, memang ia kaya tapi tidak pernah memikirkan dunia. Saya melarat dan ke sana kemari hanya mikirin dimana ada uang.
Jadi tidak benar tasawuf bertentangan dengan aktifitas duniawiyah. Yang penting bagaimana dunia tidak mempengaruhi hatinya, tidak mempengaruhi sikap moralnya. kyai-kyai NU dahulu juga bisa dibilang kyai yang kaya, Kyai Hasyim Asyari boleh dibilang petani yang kaya, Kyai Wahab dari Surabaya, Kyai Ali Maksum dari Jogja, Kyai Ahmad Siddiq dari Jember, semuanya merupakan kyai yang cukup.
Lalu, mengapa ada reduksi makna?
Boleh dibilang sebagai kekuatan tetapi juga kelemahan, tarekat sekarang menjadi tempat yang menerima semua lapisan masyarakat untuk mencari ketenangan, tapi disitu tarekat tidak boleh menutup diri bagi siapa saja yang mencari ketenangan atau pegangan ruhani.
Jadi akhirnya mereka yang bodoh, yang awan yang miskin, yang elit, yang pangkat dll masuk, sehingga kesannya hanya pelarian daripada orang yang punya problem besar. Ini bagaimanapun juga lebih baik daripada ke karaoke atau ke diskotik.
Kalau jamiyyah tarekat punya anggota 10.000 ribu anggota, jika 1000 saja yang spiritualitasnya berhasil, maka sudah termasuk sukses, jangan berharap 10.000 tersebut sukses semua. Yang lainnya dianggap gladi resik, dha apa-apa ikut.
Jamiiyyah tarekat NU mengklaim diri seb

NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar