Selasa, 25 Oktober 2011

Munggah Nang Suargo Lan Nyemplung Nang Neroko


Munggah Nang Suargo Lan Nyemplung Nang Neroko
Pengajian rutin kali ini membahas masalah makna tersembunyi dari perkataan walisongo yang mengistilahkan surga dengan istilahmunggah nang suargo dan neraka dengan istilah nyemplung nang neroko. KH Mudhofir Suhaimi menjelaskan bahwa ulama tasawuf selalu penuh dengan perlambang untuk memudahkan pemahaman orang awam saat itu tanpa menghilangkan makna yang dalam dibalik pengistilahan tersebut.

Munggah nang suargo mengisyaratkan bahwa untuk mencapai surga ternyata perlu perjuangan dan kesabaran, karena itu diistilahkanmunggah yang berarti “naik”. Naik atau munggah perlu perjuangan untuk sampai ke puncak, yang diibaratkan seseorang ketika meniti sebuah tangga atau mendaki bukit. Naik atau munggah perlu ketahanan fisik dan mental serta pengaturan nafas dan juga membutuhkan pegangan baik itu tongkat atau gagang tangga, dan semakin tinggi yang akan dicapai maka akan semakin berat perjuangannya. Mencapai puncak perlu niat yang kuat untuk sampai ke puncak, dan tanpa niat yang kuat maka hanya menjadi keinginan semata tanpa ada hasil (sia-sia belaka).

Upaya keras dan niat yang kuat untuk mencapai puncak itu sebagai ibarat seorang mukmin menjalankan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya, dan terus menerus istiqomah untuk meniti tiap anak tangga atau tapak bukit. Pegangan seorang mukmin dalam mencapai puncak (munggah nang suargo) adalah Al-Quran dan As-Sunnah dan tuntunan para ulama salaf.

Sebaliknya istilah nyemplung nang neroko mengisyaratkan bahwa untuk mencapai neraka itu sangat mudah, semudah orang yang nyemplung atau turun ke bawah. Turun atau bahkan nyemplung tidak memerlukan tenaga yang kuat dan bahkan tanpa niat yang kuat pun, siapapun bisa “katut” atau terbawa arus orang lain untuk turun ke bawah. Dan kebanyakan orang yang putus asa untuk mendaki akan memutuskan untuk turun saja. Bahkan turun pun tidak memerlukan pegangan, karena itu dengan meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah niscaya menuju neraka. Na’udzu billahi min dzaliq, dan jauhkan kami serta keluarga kami dari siksa neraka yang amat pedih. Amin.

(Pondok PETA Tulungagung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Blog Archive